Kamis, 15 November 2012

Andai Aku Menjadi Ketua KPK

Indonesia oh Indonesia. Apa salahmu sampai kau menjadi negara dengan tingkat korupsi yang sangat tinggi? Seandainya kau bisa bicara, aku yakin kau akan mengadu pada mereka yang dulu dengan keringat dan tangis darah merebut kemerdekaan hingga mempertahankanmu. Tapi sekarang? Enak saja mereka dengan mudahnya mengurangi jatah jutaan rakyatmu. Mengurangi kesejahteraan kami yang mencintaimu sampai mati. Maaf, bukan menyalahkanmu, aku hanya ingin mengeluh. Telinga ini terlalu panas mendengar berita korupsi setiap hari. Hatiku terlalu sakit saat menjadi korban dari korupsi itu sendiri. Bahkan untuk hal kecil sekalipun.

Ah, aku ini siapa memangnya. Aku hanya seorang mahasiswi yang lahir tahun 90an. Baru memahami korupsi saat duduk di bangku SMP. Aku pasti tak lebih pintar dari presiden, menteri, direktur, pejabat atau orang-orang penting yang (katanya) bekerja untuk rakyatmu. Tapi setidaknya aku tidak terhina karena korupsi.

Boleh ya aku berandai-andai? Jika aku menjadi ketua KPK, yang pertama kulakukan yaitu menerapkan aksi antikorupsi dalam keluarga dan lingkungan sekelilingku. Aku buat sistem baru. Jadi kalau ada pelaku korupsi yang tertangkap, dia wajib mencari koruptor lain dengan bukti-bukti yang jelas. Maka, setiap sudut kota sebenarnya ada mata-mata KPK.

Lalu aku akan menyewa Uya Kuya buat menghipnotis para koruptor agar mereka jujur. Hal terakhir adalah mendoakan para koruptor agar mereka berhenti menjadi ‘kanibal’ dan pemeras hak-hak rakyat. Bukankah ini selemah-lemahnya iman?