Kamis, 27 Februari 2014

Selamat Ulang Tahun

Assalamualaikum...

Jangan panik, jangan heran, jangan takut, jangan bingung dan jangan marah. Aku hanya minta waktu kamu sebentar saja untuk baca surat ini. Gak sampai lima menit, meski mungkin sedikit panjang. Tenang saja, ini bukan surat balas dendam, surat marah-marah, surat tagihan janji-janji kamu sama aku (i don't care about your promises and i know you forgeted these all), dan ini juga bukan surat permohonan supaya kamu putuskan pacarmu yang sekarang dan kembali kepadaku lagi.

I just wanna say, happy birthday to you. All beautiful wishes for you. Tenang saja, doaku ini tulus (sejak kapan aku tidak tulus mendoakan orang lain) tanpa imbalan. Tapi tidak seperti lima tahun lalu (kalau aku tidak salah), doaku ini hanya doa tanpa puisi. Hanya doa tanpa air mata yang kupinta setiap selesai sholatku. Dan tentu saja, doaku ini tulus meski tak ada hadiah yang kukirimkan untukmu.

Rasanya basi ketika aku harus mengirimu surat lagi. Hal yang pernah kita lakukan dalam kurun waktu kurang lebih 6 bulan di masa itu. Harusnya ini tak pernah kulakukan lagi. But because i blocked your facebook, blocked your twitter, deleted your phone number, deleted your bbm and trying to avoid you by direct communication. Jadi, ya mungkin harus aku tulis surat ini untuk sekedar bertanya kabarmu dan ucapan selamat ulang tahun. Aku lakukan itu semua bukan karena aku takut sakit hati (aku bahkan sudah lelah dan enggan sakit hati), bukan karena aku masih punya harapan terhadapmu (menurutku itu sama sekali tidak perlu) tapi karena hanya agar aku bisa menahan diri untuk tidak memakimu, membencimu setengah mati, bahkan menjelek-jelekkanmu.

Maaf, kalau kamu resah dengan surat ini. Kamu tidak perlu membalasnya kalau kamu merasa tidak perlu. Suratku ini isinya ucapan selamat ulang tahun yang kutujukan untukmu untuk tahun-tahun berikutnya. Jadi, tahun depan mungkin aku tidak perlu memberi ucapan itu lagi (even i know, you don't need and care about this letter).

Aku harap kamu tidak risih dengan surat ini. Kalau kamu risih, mungkin ini kerisihan terakhir yang kutimbulkan. Kalau kamu marah, kemarahanmu hanya sebentar, karena esok-esok aku tidak akan penyebab kemarahanmu. Meski harusnya aku yang memarahimu mati-matian. Tapi, ya sudahlah. Toh aku marah atau tidak, aku membencimu atau tidak dan apapun yang kulakukan tidak akan pernah merubah yang pernah terjadi.

Aku menulis surat ini saat hujan deras turun. Sendu? Tidak. Karena kita tidak pernah memiliki kenangan bersama hujan. Kejarlah cita-citamu, sejauh apapun kamu berlari. Sekali lagi, selamat tanggal 27 Februari untuk yang ke 22 kalinya.

"Health makes all things possible, wealth makes all things work, love makes all things beautiful. May you have al, three in your new age" (maaf, kucontek smsmu di malam tahun baru 2008).

HAPPY BIRTHDAY!!

Irha

Selasa, 18 Februari 2014

Surat Ngebuuuuuuut!!!

Kepada kak Ika yang hari ini pasti banyak dapat surat ajakan kencan...

Surat ini bikinnya ngebut ka. Maaf, tadi aku langsung buka blog. Ah, ka Ika, semoga surat ini sampai tepat waktu dan tidak telat.

Ka, kata orang-orang naik agya asik ya? Pasti akan lebih asik kalau naik bareng kakak. Tak perlu jauh-jauh, tak perlu mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera (kelewatan nyanyi). Kalau kita menikmati perjalanan, dengan siapa dan naik apa pasti lebih menyenangkan. Kakak, kita gantian nyetir deh? Gimana? Tapi aku baru bisa 2 minggu ini bawa mobil. Heheee.....

Ka, jadi kita mau kemana nih? Keliling kota? Ah, kemana pun tak akan aku sesali. Kakak, mungkin kakak akan lebih memilih kencan naik agya dengan orang yang lebih jago nyetir. Tenang ka, sisa waktu beberapa hari ini aku akan belajar mobil mati-matian biar lancaaaaaaaaaaaar........

Aduh ka, waktuku mau habis. Sempatkan baca suratku. Percayakan kencan denganku. Akan kubawa kakak ke tempat yang tak terlupakan seumur hidup. Hihiiiii......

Nb: Kalau kita jadi jalan-jalan nanti, aku siapkan bekal super enak.
Tapi jangan ajak aku ngebut ka, aku masih jomblo. :p

Terima Kasih

Kepada Qosim, adik guruku...

Qosim, masih ingat kakak? Kita bertemu sekitar tiga tahun lalu di Pesantren Ramadhan 1000 Anak Jalanan. Tepatnya di pelataran masjid At-Tin Jakarta Timur. Kakak jadi pendampingmu dan teman-temanmu. Ah, tapi kakak lupa siapa saja nama mereka. Ada satu yang kakak ingat selain kamu, namanya Aji. Maaf, kakak ini memang pelupa.

Qosim, kamu masih membantu ibumu? Kamu pernah cerita, kamu selalu membantu ibumu mengupas kerang di pasar. Hasil upah dari itu hanya sebesar 6000-10000 perhari. Kakak fikir, untuk kakak uang segitu mana cukup untuk bertahan hidup seharian?? Tapi mungkin kakak ini yang kurang bersyukur. Tapi ibumu sungguh hebat dik, bisa mengatur uang yang sungguh hanya sedikit. Mungkin ada tambahan uang dari bapakmu yang bekerja serabutan juga?? Ah, tapi itu kan hanya saat bapakmu dapat kerjaan.

Qosim, rasanya kakak ini malu. Malu sama kamu. Kakak masih suka bingung pilih baju ketika mau pergi, padahal baju itu menumpuk di lemari. Sedangkan kamu, bajumu itu-itu saja. Baju koko warna krem yang terkadang lusuh. Kakak masih merasa tersentil ketika kamu dengan senang hati dan girang tak karuan saat mendapatkan handuk kecil gratis, sikat gigi, odol dan sebatang sabun mandi untuk kegiatanmu di acara itu. Kakak masih jauh dari hati yang tulus saat kakak lihat kamu selalu tersenyum, jahil, susah dibangunin tidur namun riang gembira. Padahal hidupmu jauh dari kata cukup. Kakak? Masih sering galau dan mengeluh untuk hal-hal yang sepele.

Kakak selalu ingat kata ibu yayasan, bahwa setiap anak itu memiliki kebutuhan yang sama, yang berbeda hanyalah apa yang mereka dapatkan. Sayang, sesungguhnya kamu jauh lebih mendapatkan apa yang anak-anak lain dapatkan. Kamu mendapatkan pelajaran hidup yang luar biasa.

Qosim, kalau suatu saat kita bertemu. Di jalanan (mungkin kamu ikut mengamen bersama teman-temanmu), di pasar, atau bertemu lagi saat ramadhan nanti, ingatkan kakak untuk selalu bersyukur, ingatkan kakak bahwa hidup bukan tentang siapa kita, ingatkan kakak kalau kamu adalah adik yang pernah kakak dampingi. Bukan kakak lupa, hanya takut kamu tumbuh terlalu cepat. Tetap sekolah Qosim, tetap membantu bapak dan ibumu, tetap menjadi guru cilik untuk kakak. Guru yang mengajarkan bahwa kita sebenarnya tidak punya apa-apa. Semuanya hanyalah titipan Tuhan yang suatu saat akan diambil olehnya.

Terima kasih Qosim, untuk 5 hari yang super dahsyat.

Tertanda,
Semoga kamu jadi anak yang sholeh. Amiiin...

Minggu, 16 Februari 2014

Cinta Monyet Bukan Main-Main

Untuk Yang Ada Di Depanku Sambil Menyeruput Es Kelapa

Hallo, sebentar saja hentikan minum es kelapa dan baca suratku!
Ini ada sedikit curahan dan kejujuran hati..


"Bodoh. Iya kamu. Bukan aku yang bodoh. Pura-pura tidak lihat, atau memang tidak mau tahu? Padahal aku sudah pura-pura tersungkur di pinggir lapangan. Supaya kamu yang lagi istirahat habis main bola itu mau menolongku yang jatuh. Tapi, kamu malah pergi membasahi mukamu di keran sekolah sedangkan aku hanya menatap rok merahku yang kotor. Aku tidak tahu harus gimana untuk mendapatkan perhatianmu. Pura-pura tersungkur, sudah. Membagi bekal makanku buatmu, sudah. Cium tangan mamamu saat menjemputmu, juga sudah. Tapi kamu? Hanya namaku yang kamu ingat. Eh, tapi ada lagi yang kamu ingat tentangku, kamu tahu kalau tas pink gambar Minnie Mouse itu punyaku. Ah, aku senang sekali.


Kamu tahu enggak, semenjak kamu mengenaliku hanya dengan tas pink itu, aku merengek sama ayah untuk minta dibelikan tas yang sama persis untuk kedua kalinya. Tas itu tidak pernah kuletakkan di atas lantai. Selalu saja bertengger di atas kasurku. Fikirku, nanti tas itu warna pink-nya bisa memudar. Terkadang, saat istirahat sekolah dimana tak ada satu anakpun di kelas, aku berjalan ke arah bangkumu. Menyandingkan tas Minnie Mouse pink milikku dengan tas Power Ranger hitam punyamu. Cocok. Tuh kan, hanya tas saja jodoh, apalagi....


Aku pernah bilang sama bunda, aku menyukaimu. Tapi kata bunda, masih kecil tidak boleh pacaran. Ih, siapa yang mau pacaran. Aku hanya bahagia mencintamu. Sampai sekarang. Sampai kita tak perlu seragam lagi untuk pergi belajar. Sampai kita mempunyai guru yang dipanggil dosen. Sekarang, kamu lebih kenal aku kan? Perempuan yang selalu ada di satu gedung saat putih merah, putih biru dan putih abu-abu. Perempuan yang sekarang di hadapan kamu dengan celana jeans juga t-shirt pink dan kamu biasanya panggil aku “sayang”. Cintaku tidak pernah main-main kan?"


Selesai baca surat ini, habiskan dulu es kelapamu, baru boleh komentar.

Tertuduk malu,

Sayang

nb:

Sabtu, 15 Februari 2014

Yang tak tahu dimana

Assalamualaikum bunda...

Apa bunda masih ingat jawaban salam itu? Hehee..

Bunda apa kabar? Saat aku tulis surat ini, aku lagi kangen sekangen-kangennya sama bunda, papah, adek aisyah dan adek fatimah. Bun, kangen mereka juga enggak? Tapi mereka pasti sudah sangat-sangat bahagia disana.

Bunda, sebentar lagi aku lulus sekolah. Di sekolahku yang dinamakan pesantren ini, aku harus selalu pakai jilbab. Alhamdulillah, sekarang aku juga sudah berjilbab. Mudah-mudahan aku enggak kalah cantik sama bunda walaupun berjilbab.

Bunda, aku minta maaf ya waktu bude tanya sama aku, apa aku mau ikut bude atau ikut bunda. Kata bude, kalau aku ikut bude aku harus rajin sholat dan mengaji. Saat itu entah mengapa aku memilih untuk ikut bude. Bukan karena aku tidak sayang bunda, bukan karena aku tidak mau tinggal sama bunda. Mana ada anak perempuan yang tidak senang punya bunda cantiknya seperti model-model di tv. Heheee.. Tapi mungkin waktu itu, aku sudah terbiasa diajarkan sholat dan mengaji, jadi itu membuatku nyaman.

Bunda, nanti kalau ada perpisahan di pesantrenku, bunda datang ya.. Kutitipkan undangan khusus untuk bunda. Semoga bude memberi izin untuk bunda datang di hari kebangganku. Sepulang dari sana, kita sama-sama ke makam papah, aisyah dan fatimah. Lagi-lagi kalau bude memberi izin. Maafkan bude ya bun, yang suka overprotective. Bude baik kok bun, cuma masih suka trauma saja kalau aku lagi-lagi diajak bunda pergi tanpa sepengetahuannya. Mungkin bude masih ada sedikit rasa kecewa saat bunda kembali ke keyakinan bunda sebelumnya, beberapa hari setelah papah pergi ninggalin kita. Maklum bun, papah itu adik satu-satunya bude. Tapi bude pernah kok beberapa kali nanya sama aku, apa aku mau ketemu sama bunda. Sayangnya, bude enggak tahu sekarang bunda ada dimana. Bude saja enggak tahu, apalagi aku.

Bunda yang saat ini tidak tahu dimana, kapan kita bikin kue bareng-bareng lagi? Tenang bun, disini aku juga diajarkan bikin kue. Jadi aku enggak akan cuma main-mainin tepung lagi seperti dulu.

Bunda yang cantik yang punya anak juga cantik, hehee, aku sekarang sudah bisa pakai make up dong bun, walaupun belum berani pakai lipstik merah menyala kayak yang bunda suka pakai. Nanti bibirku terlalu seksi. Hihiii....

Bunda yang kuharap juga lagi kangen sama anak-anaknya dan suaminya, doakan semoga aku lulus ujian, dapet universitas idamanku terus kita nanti ketemu deh... heheee..

Bunda, kalau bunda baca surat ini, hubungi nomer bude ya bun, bilang aku yang kangen banget-banget sama bunda...

Salam cinta untuk bunda,

Ps: oya bun, salam untuk nenek ya..


*surat cinta ini terinspirasi dari kehidupan seorang sahabat*

Minggu, 09 Februari 2014

Untuk Kamu (yang kutahu) selalu tulus

Kepada sahabat (yang kutahu) hatinya selalu tulus…


Assalamualaikum wr.,wb..


Halo bu guru.... jangan senyum-senyum dapet surat dari aku. Hahaaa....


Apa kabar, mantan tetangga sekaligus sahabat baikku? Semenjak setahun lalu, sejak aku harus pindah dari kampung halamanku menuju tempat tinggalku yang berjarak sekitar 12 km, itu rasanya sedih karena enggak ada yang bisa diajak malam mingguan walau hanya sekedar makan bakso dekat perempatan.  Malam minggu bersama sahabat terasa lebih indah yah...???


Nis, sadar enggak sih banyak banget yang berubah dari kita? Dari penampilan sampai hal-hal yang kita bicarakan? Sekarang jilbabmu lebih panjang, melihatnya lebih adem. Badanku sekarang juga lebih...oh hanya sedikit agak lebih besar (efek musim hujan malas olahraga).


Yang paling penting adalah apa yang kita bicarakan. Dan tanpa kita sadari ada satu hal yang bikin kita sukses secara bersama-sama. Tau gak? Coba tebak! Kuhitung sampai lima. 1....2....3....4....5. tetoooooooot!!!! Kita sukses enggak membicarakan hal-hal yang galau lagi. Hahaaaa..... kegalauan yang dulu jadi bahan topik utama dengan orang yang itu-itu saja kita bicarakan. Itu tandanya apa???? Kita sukses move on. Sekarang yang kita bicarakan bukan lagi pacar, tapi.....calon suami. Hahaaaa....... Yah, walaupun aku tak greget kamu mencari tambatan hati. Hahahaaa......


Ohya, gimana kursus TOEFLnya? Semoga sukses yaaaaa.... aku yakin kamu pasti bisa, jadi nanti enggak perlu lagi datang ke aku buat minta ajarin bahasa inggris tapi udah bisa ngajarin aku malah. Heheee..... saran dariku, kamu harus cinta dulu sama bahasa inggris. Pelan-pelan, bukan karena biar gampang dapet kerja dan diterima jadi guru di sekolah elite itu. Tapi karena kamu cinta dan kamu harus bisa.


Segini dulu suratku...
Teruskan perjuanganmu belajar bahasa inggris dan mencari belahan jiwa...
Hahaaaa...


Salam.....

Irha


Sabtu, 08 Februari 2014

Tak Sampai Sayang

Di saat ketergesa-gesaan, mengejar waktu sebelum pukul 06.00 sore hari ini.


Kepada suka yang (syukurnya) tak sampai sayang.


Suka, kalau kubilang itu adalah cinta pada pandangan pertama, mungkinkah kau percaya?  Karena saat itu mataku bandel mencuri-curi waktu agar bisa melihat wajahnya, dadaku sesungguhnya berdegup kegirangan. Berarti waktu itu kamu masuk lewat mata kan? Iya, karena aku menyukainya dari mata.

Suka, jawab pertanyaanku! Sekarang kukatakan padamu, bahwa setelah itu aku betah berlama-lama bicara dengannya. Selalu berharap bertemu dengannya (walau Cuma berpapasan). Saat itu, benarkah kamu kemudian lewat melalui kata-katanya kan?


Tapi suka, untungnya kau datang hanya sendiri tanpa mengajak sahabat karibmu si sayang. Karena yang kutahu belakangan, dia benar-benar menyukaiku namun seakan enggan berjuang lebih keras menggenggamku. Padahal, dia berhasil nyaris meluluhkan tembok kerasnya hatiku.

Bukan, bukan karena aku hanya ingin diperjuangkan tanpa hanya ikut berjuang. Tapi, kalau untuk memperjuangkanku yang seorang diri saja dia enggan, bagaimana nanti ketika perjuangan itu harus dikorbankan untukku dan anak-anakku.

Katanya, aku terlalu sempurna untuk dia. Lalu, apa kabarnya dengan kekasihnya sekarang? Seakan dia hanya pantas mendapat kekasih yang cukup, tak butuh sempurna.


Suka, sampaikan salamku untuk sahabat karibmu itu. Katakan, janganlah datang menghinggapiku saat aku belum mengundangnya.



Jumat, 07 Februari 2014

Kasihan Kamu...

Untuk kamu, yang saat ini kukasihani...


Aku pernah mencarimu setengah mati. Di tumpukan harapan, dilembaran-lembaran kenangan, bahkan hampir kupaksakan waktu kembali.  Yang ada aku lelah, aku marah.


Aku pernah menunggumu tanpa jam di tangan. Sengaja. Lebih tepatnya, agar tidak terasa. Tanpa harus kubunuh satu-satu rasa bosan. Biarkan, biarkan bosan yang menemaniku setia. Yang kutahu belakangan, setianya melebihi kesetianmu.


Kamu? Kamu tak perlu datang, jika kamu sendiri hampir lupa dimana kau letakkan janji-janjimu. Di aku kah? Oh, mungkin aku yang terlalu percaya diri. Atau mungkin saat itu kamu mengantuk, hingga keliru.


Jangan, jangan kau kasihani aku yang terlalu lama disana. Disana, bersama puisi, gambar dan wangi parfummu.


Sengaja tak pernah kuniatkan melupakanmu. Bagaimana bisa melupakan orang yang pernah berbagi mimpi 
dan cita-cita denganku? Bagaimana bisa melupakan orang yang pernah membuat iri hujan akan sajak-sajaknya untukku? Bagaimana bisa melupakan orang yang pernah membuatku menunggu tanpa jam dan waktu? Bagaimana pernah bisa melupakan orang yang tanpa sengaja menyakiti atau bahkan mengkhianatiku? Bagaimana bisa melupakan orang yang memulai cerita dengan kemudian mengakhiri tanpa kata “selesai”? Bagaimana bisa melupakan orang yang diam saja tanpa reaksi atas semua protesku, tangisku, pertanyaanku?


Jangan khawatir aku tidak bisa move on. Aku sudah lebih dari itu? Hampir 5 tahun, sudah pasti cukup. Kalau kamu mau tahu, aku sering menertawakan kebodohanmu di masa lalu. Aku mulai muak atas gombal-gombalanmu dulu. Aku sudah merasa jijik saat ingat betapa dulu aku terlalu lama berharap kenangan itu kembali. Bahkan saat ini aku bisa saja mencaci-makimu kalau kamu ada di hadapanku.
Tidak ada kata terlambat kan untuk menyesal? Tapi kamu harus tahu, terkadang kamu harus bisa merasakan apa yang pernah kau buat kepada orang lain.


Aku harus jujur, pacarmu tidak lebih cantik dari aku. Tidak lebih romantis dari aku. Tidak lebih pintar dari aku. Hanya, dia lebih agresif dariku. Kasihan kamu...


Yang sudah berani jujur,



Irha 

Kamis, 06 Februari 2014

Maaf, untuk surat random ini..

Buat kaka pos cantik @ikavuje..


Ka Ika, aku Ira (kenalan dulu, salaman). Si penulis surat cinta yang udah dua hari ini bolos nulis surat. Ah, kakaaaaaaa maafkan aku (cium tangan, sungkem)

Ka Ika, sebentar lagi kan pemilu... (Bukan ini sih yang sebenarnya mau dibicarakan, ini terlalu jauh)

Ka Ika, menulis surat cinta terkadang bikin galau ya.. (Bukan, aku bukan mau curhat)

Ka Ika, kenapa sih kaka baik banget.. (pasti sudah dari sananya ya, kalau gitu tak penting lah dibahas)

Ka Ika, kaka tukang pos yang cantik dan baik hati, sesungguhnya saat kalimat-kalimat tidak penting di atas kutulis, aku sedang memikirkan apa yang akan aku bicarakan sama kaka di surat ini. Mencari topik itu tidak mudah ya (mungkin kita harus tanya bapaknya topik ─oke yang ini garing─), meski tidak sesulit mencari topik untuk skripsi (abaikan ya kaa).

Ka Ika, untuk meretweet, membaca, sampai mengomentari surat-surat cinta yang masuk, hal apa yang kaka korbankan? Kaka masih sempat makan kan? Masih sempat mandi? Heheee...

Ka Ika, kalau nanti surat-suratku banyak berisi ucapan selamat ulang tahun, jangan bosan bacanya ya ka. Soalnya, orang-orang kesayanganku banyak yang berkurang jatah umurnya di bulan februari. Apa ka Ika juga bulan februari? Kalau iya, nanti kukirimkan surat (lagi).

Ohya, masalah komentar kaka di surat cintaku di blog, sebenernya itu buat seseorang. Real kok. Cuma aja, orangnya enggak terlalu eksis di dunia pertwitteran. Yah karena aku juga terlalu, malu. Dan entah mengapa aku lebih senang menyukainya diam-diam. Tapi, untuk paragraf ini jangan bilang siapa-siapa ya.

Ka Ika, mungkin surat ini random, gak jelas. Karena itu kaka harus baca lagi kalimat bertulisan tebal di atas. Untuk paragraf dengan tulisan miring di atas, itu bukan curhat. Sekali lagi, itu bukan curhat.

Jangan lupa makan, mandi dan cukup tidur kaka. Nanti tak ada pembaca setia surat-surat
cintaku. Tenang ka, aku tidak menuntut suratku dibalas.

Dengan penuh penyesalan atas surat random ini,



Irha


Ps: tidak ada pesan.

Senin, 03 Februari 2014

You got me, success!!

This unspecial letter just for you, yeah just for you.


You only need to read this conversation from the bottom up. And please don’t compare my english with yours. I know you graduated from English Literature.


Me : “No. That’s ours” *if you want to know, now I’m dancing rolling around on my bed*

You : “Hei, that’s mine. Hahahaaa…”

Me : “You don’t believe? This is the real me and no hacked by anyone”

You : “Are you kidding me? This is the real me and no hacked by anyone. And you don’t need to hack yours”

Me : “How I answer yours when you got me success and you don’t need to do anything?”

You : “Just answer!
How can i get you? How can i get you? How can i get you? How can i get you? How can i get you? How can i get you? How can i get you? How can i get you? How can i get you? How can i get you? Sorry to ask this. I mean, how can i make you to love me back?”

Me : “......?”

You : “So, how can i get you?”

Me : “That’s mine. Hahahaaa.....”

You : “You asked that, what’s your intention?”

Me : “No. I just asked you back.”

You : “It’s ok if you won’t to tell me.”

Me : “Hah? You asked that, what’s your intention?”

You : “I mean, do you have some criteria for your future husband?”

Me : “Hah?”

You : “Hmm... What made you fall in love with someone?”

Me : “Yup!”

You : “Honestly?”

Me : “Sure. I will answer, correctly. Hahahaa...

You : “I wanna ask you some “things”, may i?”

Me : “Hahahaaa... I promise” *but from now, i’ll keep my promise*

You : “Ok, no problem. But i will wait that “someday”. Heheee...”

Me : “Someday, i will.” *even i don’t know, how much i gather my braveness to tell that*

You : “But, if you never mind to tell that.”

Me : “Are you really want to know?” *how can i said that the reason of my happiness is you*

You : “Hahaaa... How can you feeling happy as always? Yeah, everytime i asked you, you always said that.”

Me : “As always, happy!” *if you don’t believe it, you must see the smile on my face*

You : “How are you?”

Me : “Hi!”

You : “Hello!”


You confused huh? Let me tell you a clue about that. This is just my wish (wish it’ll be come true), you means to who receive this letter, me means to who write this letter.

So, thank you for received this letter.

Regard,

Irha


Ps: Btw, I wrote this letter.

Minggu, 02 Februari 2014

Pesan Numpang Lewat

Salam..


Hai, kaget ya dapat surat dari aku. Tapi pasti kagetnya enggak seberapa dibanding dengan saat aku dengar ternyata kamu akhirnya yang gantikan aku. Iya, menggantikanku dalam banyak hal. Menggantikanku yang dulu rela menangis karena pacarmu.


Bagaimana rasanya puisi dan pujian dari pacarmu? Manis, bukan? Tapi kamu bisa kan balas puisi-puisi itu? Kalau ternyata kamu enggak bisa, berarti kamu gagal menggantikanku dalam hal ini.


Terus, saat dia selalu beri kejutan kecil, apa kamu balas dengan melakukan hal yang serupa?
Kalau tidak, berarti dia tidak seberuntung saat bersamaku.


Ketika dia membicarakan tentang seni dan sastra apa kamu menanggapinya? Oh, mungkin dia sama sekali tidak akan menceritakan itu padamu karena dia tahu kamu tidak paham.


Apa dia pernah cemburu sama kamu? Pasti enggak pernah. Mungkin dia terlalu percaya sama kamu, karena enggak ada hal yang patut dicemburui darimu.


Berapa kali dia bilang sayang sama kamu? Kalau aku sih dulu setiap hari. Bahkan yang kutahu dari temanmu, panggilanmu bukan “sayang”.


Sehebat apa kamu mempertahankannya? Karena yang kutahu, kamu lebih hebat dalam hal merebut.


Yang terakhir, sebanyak apa kamu menyebutkan namanya dalam do’a? Karena aku yakin, aku masih lebih banyak dalam hal ini daripada kamu.


Tolong sampaikan salamku untuk pacarmu, bilang sama dia buat selalu jaga kesehatan, jangan suka tidur di lantai, jangan suka tidur malam karena nanti jerawatan, jangan ceroboh, jangan kebangetan baik sama semua cewek karena itu adalah racun yang akan meracuni dirinya sendiri, tepati janji-janji dan jangan pernah berhenti membanggakan orang tua. Terus jangan lupa salam untuk mama, papa, kakak-kakak dan adiknya pacarmu ya..


Sebenernya, aku maunya menyampaikan langsung pesannya. Tapi karena takut kamu cemburu, jadi ya biar sekalian aja kamu tahu. Tenang, ini bukan surat balas dendam tapi surat cinta. Iya, surat cinta untuk pacarmu.


Ohya, aku Cuma mau bilang, beberapa panggilan manis dari pacarmu itu dulu panggilannya buatku. Minta ganti deh mendingan. Kasian kamu dapatnya yang bekas.



Terima kasih..


Salam…




Irha

Sabtu, 01 Februari 2014

Empat Point Malu-Malu

Hai, boleh sedikit kuperkenalkan diriku (meski aku tahu, kamu jelas-jelas mengenalku).


Aku, biasanya cuma nongol di facebook, timeline twittermu (jelas aku ada di antara tumpukan followingmu), path-mu (berarti aku ada di lingkaran 150 teman path-mu) dan contact bbm-mu (jangan dulu kamu cari sebelum selesai baca surat ini). Sesekali hinggap di tombol like atau gambar hati di postingan path-mu. Hmm, tapi aku juga pernah kok sedikit-sedikit mengomentari. Ah, sudah cukup ya perkenalannya.


Baiklah, boleh saja kamu mengerutkan dahi atau mempertemukan kedua alismu ketika baca surat ini. Tapi jangan terlalu dipikirin ya. Hehe..



Hanya beberapa hal harus kubicarakan (kutuliskan) padamu:


Satu, Kenapa ya setiap kudengarkan lagu Hivi! yang “mata ke hati” dan ketika sampai lirik “kau membuat cinta, jatuh dari mata dan turun ke hati”, yang aku ingat pasti kamu, udah gitu harus senyum-senyum? (Jangan dijawab, soalnya aku malu).


Dua, Kenapa sih ciri-ciri suami idamanku itu nyaris semuanya melekat ada di kamu? (Yang ini juga jangan dijawab, soalnya aku takut).


Tiga, Kenapa sih kamu itu sekarang temanku, bukan... (Yang ini gak jadi, soalnya aku keceplosan).


Empat, Boleh enggak, aku minta sama Tuhan kalau kamu aja yang jadi jodohku? (Kamu Cuma boleh jawab dengan jawaban “dengan senang hati”)



Yang nomor 4, maaf ya sedikit maksa, tapi kuharap kamu enggak marah.


Ohya, sekali lagi, ingat ya jangan dipikirin, nanti kamu kaya aku loh “sedikit-sedikit senyum-senyum sendiri” karena mikirin empat point itu. Hehee..