Jumat, 30 Mei 2014

Siapa Tau...

Saya menulis ini di dalam busway transJ di Jakarta. Meniru J.K Rowling yang mendapat inspirasi tentang serial Harry Potter di kereta di London. Mungkin tulisan saya tidak akan melegenda seperti punya tante Rowling. Tapi, siapa tau ini bisa jadi pintu meluluskan saya menggapai cita-cita saya... ke Inggris. Itu sudah lebih dari cukup. Siapa tahu, bukan?

Siapa tau, saya berkunjung ke sana menengok salah satu negara Eropa yang paling berpengaruh di dunia. Negara dengan liga sepak bola paling keren di jagat raya, negara dengan penerbitan buku lebih dari 200.000 buku pertahunnya, negara tempat Harry Potter, Hermione dan Ron Weasley menjadi sahabat, negara asal lelaki paling romantis William Shakespeare, negara dimana Vivienne Westwood berasal, negara dengan kampus paling populer Oxford dan Cambridge.

Siapa tau, saya bisa menginjakkan kaki di Westminster Abbey dan Buckingham Palace, bangunan kuno peninggalan masa lalu.

Siapa tau, saya bisa berpose di samping Beefeater. Prajurit penjaga menara London berseragam merah dengan rambut gimbal ke atas. Sambil bertanya, "sudah berapa banyak manusia norak seperti saya yang berpose di sampingmu sepanjang hari ini?"

Siapa tau, saya berkesempatan naik bus tingkat merah kebanggan London. Atau sekedar merasakan bagaimana rasanya masuk ke kotak telepon umum paling hits di dunia.

Siapa tau, saya bisa bernafas puas sambil memandangi big ben atau London Eye. Kemudian sekedar datang sejenak ke Trafalgar Square, tempat dimana sempat diadakan acara Hallo Indonesia.

Siapa tau, saya akan berdiri sejengkal dari platform 9 3/4 di Kings Cross Station. Peron yang diharapkan nyata oleh hampir semua orang.

Siapa tau, saya akan membuat iri para fans Chelsea, Arsenal dan Tottenham Hotspur ketika akhirnya saya berhasil berdiri di atas tanah Stamford Bridge, Emirates Stadium dan White Hart Lane.

Siapa tau, paling untung saya bisa bertemu keluarga kerajaan walau untuk melihatnya saya harus berlari hingga berkeringat.

Siapa tau, saya bisa membuat para fans MU dan Manchester City sinis ketika tau saya asik berkelana ke tempat impian mereka. Old Trafford dan Etihad Stadium.

Siapa tau, saya bisa melipir sejenak ke Salford University. Salah satu kampus idaman.

Siapa tau, saya terdampar manis di Beatles Museum di Liverpool. Berpose, belajar atau sekedar tersenyum-senyum kesenangan.

Siapa tau, akhirnya saya sampai pada tujuan paling diidam-idamkan. Ke ANFIELD! Atau mungkin saya akan teriak kegirangan, update di media sosial sana sini, pose di segala sudut, belanja, menyimpan sehelai saja rumput Anfield, menyentuh tulisan sakral "This is Anfield". Layaknya para pemain, manager atau official Liverpool sesaat sebelum pertandingan. Memakai jersey kebangsaan bersamaan ribuan manusia yang memaknai benar arti "You'll Never Walk Alone".

Siapa tau, saya akan gugup tak bisa bicara saat benar-benar bertemu para pemain yang selama ini hanya melihat dari layar kaca berjarak milliaran mill.

Siapa tau, saya akan susah payah mengatur nafas saat bertemu Steven Gerrard. Kapten kesayangan yang selama ini hanya saya mampu saya mention lewat twitter. Yang selama ini saya kagumi termasuk dengan logat scouse nya yang setengah mati kupahami.

Siapa tau, saya akan menganga melihat The Mystical Healing Ground, Stonehenge. Bangunan menakjubkan yang menurut saya tidak masuk akal.

Siapa tau, saya bisa bertemu Westlife yang mungkin sedang mampir di Inggris, bersalaman dengan si Mr. Bean yang lagi ngopi di pinggiran kota atau si Cantik Lana del Ray. Atau.... terlalu banyak yang belum dikeluarkan hal-hal berbau Inggris di brankan selaput otak saya.

Siapa tau, saya berhasil menjadi makhluk bumi yang beruntung pergi ke Inggris Gratis selama 7 hari.

Siapa tau.

Siapa tau.

Siapa tau. Tulisan ini mampir dan terus-terusan bersarang di otak para juri.

Siapa tau, saya berjodoh dengan Inggris.