Selasa, 02 Februari 2016

Datanglah tepat waktu

Untuk kantuk yang suka datang tidak tepat waktu.


Kita ini sering tidak sepadan. Aku mau tidur, kau tak kunjung datang.


Datanglah saat jam 10 malam. Aku butuh bangun setengah jam sebelum adzan berkumandang.
Datanglah saat aku lelah. Karena pergi seharian.
Datanglah saat jam istirahat siang. Aku butuh tidur meski hanya 10 menit.
Datanglah di saat yang tepat, jangan tiba-tiba ataupun terlambat.


Saat pagi, harusnya kau sudah pergi, tapi malah betah nempel di muka bantalku. Aku terpaksa mengusirmu, tapi tetap saja kau selalu yang berkuasa.
Jangan datang saat aku sedang sibuk dengan hobiku, kalau kau tak mau kucaci maki.
Jangan datang saat aku sendiri dalam mobil. Niat sekali kau membunuhku sadis.
Jangan datang saat aku bertemu Tuhanku. Pasti itu perintah setan.
Jangan datang saat aku baca buku. Bisakah kau biarkan aku sedikit lebih pintar?
Jangan datang saat aku selesai makan. Kau penyebab terbesar tubuhku yang sekarang gempal.
Jangan datang saat aku nonton tv. Bisa-bisa malah aku yang ditonton tv.
Jangan datang sekarang! Suratku belum selesai.


Jadilah sebuah rasa yang professional. Yang datang dengan permisi, pamit saat pergi.



aku tahhhhu kau mmulai datang  ..

Senin, 01 Februari 2016

Bisa, kan?

Kepada cinta yang belum bertemu...


Jika nanti kita bertemu, bisakah kita saling berdiam? Beberapa detik saja, membiarkan waktu menikmati kegirangannya atas hasil jerih payahnya selama ini.
Jika nanti kita bertemu, bisakah kita saling bertatap? Tanpa kata, tanpa suara. Membiarkan jantung sibuk menata detaknya yang mulai tak beraturan, tidak karuan.
Jika nanti kita bertemu, bisakah kita kemudian saling melempar senyum? Tanpa harus tertawa terbahak. Membiarkan aroma tubuhku dan tubuhmu saling mengenal, kemudian menyatu, akrab.

Jika nanti kita bertemu, berhasil berdiam, bertatap dan saling melempar senyum. Bolehkan kita mulai bicara? Tanpa topik dan teori. Biar saja kata-kata absurd, random atau konyol menjadi terdengar lebih manis dan romantis.

Saat kita bicara, mungkinkah kita lupakan sejenak, bagaimana lelahnya mencari dan menunggu, bagaimana susahnya mengumpulkan rasa sabar, bagaiman repotnya menutup telinga rapat-rapat dari bisingnya polusi omongan orang.

Bukankah kita sudah disini, bertemu, dan suatu saat akan menjadi "kembali"? Yang tanpa sengaja membuat daun-daun cemburu dan burung-burung yang mencoba menggoda. Bahkan gerimis malu mengganggu.


Sayang...
Jika nanti kita bertemu, bisakah kau katakan,
"Antarkan aku pada ayahmu. Aku ingin menculik putri sulungnya dengan cara yang paling santun".