Senin, 19 September 2016

Aku tak pernah mengeluh. Kecuali tentang kamu.

Aku tak pernah mengeluh. Kecuali tentang kamu.

Tentang kamu yang pernah melukiskan pelangi tanpa hujan.

Tentang kamu yang menjadi syair terdendang setiap hari.

Tentang kamu yang sengaja mengetuk, ucapkan salam sembari membawa buah tangan, lalu aku persilahkan duduk.

Kamu tidak perlu menjadi tamu, untuk kusajikan kudapan dan kopi, bicara sebentar lalu pergi.
Atau menjadi seorang kurir, pengantar barang tanpa pengirim, meminta tanda tangan, kemudian bergerak ke rumah lainnya.

Bisakah kamu kembali? Ke rumah yang tadi. Disana masih ada aku berdiri di balik pagar.
Atau jangan-jangan kamu lupa. Lupa ada yang tertinggal masih tergenggam.

Aku tak pernah mengeluh. Kecuali tentang kamu.

Tentang kamu yang setiap harinya kuceritarakan pada semesta.
Sejak hari itu.
Sejak kau mengetuk pintu

Pamulang, 19 September 2016.
Sehabis langit meringis hingga menangis.