Sabtu, 01 September 2012

Will she?



Hei. Aku disini. Di  sudut bangku biru samping halaman parkir kampus. Aku yakin ingatanmu masih tajam. Setajam ingatanku tentang apa yang pernah kita bicarakan disini. Aku percaya kamu tidak akan lupa. Seperti aku yang tak pernah lupa tentang mimpi-mimpi masa depan kita. Untukku akan tetap menjadi masa depan, meski kamu menganggapnya masa lalu.

Di bangku ini aku selalu duduk sendiri. Iya, sendiri secara nyata. Tetapi berdua secara khayal. Berdua bersama angin yang bisa membentuk seluruh bagian dari kamu. Aku selalu duduk di sebelah kanan. Berusaha menyingkirkan angin yang ngotot tetap ingin menjadi kamu. Aku sudah bilang pada angin, kamu akan datang. Tapi aku terpaksa membiarkannya duduk di tepi lainnya. Aku selalu membawa sepotong roti selai kacang dan sepotongnya lagi selai srikaya kesukaanmu. Aku tidak pernah bawa minum. Karena aku pikir, kamu yang akan bawa dua botol jus jeruk untuk kita. Angin tidak bisa apa-apa. Dia tidak bisa mengiyakan mimpiku. Dia tidak bisa menutup mataku dari belakang. Dia benci sama roti srikaya buatanku. Dia membiarkanku haus tanpa membawakanku minum. Dia hanya bisa mendengar dan melihatku mencatat mimipi-mimpi kita yang kutulis berulang-ulang setiap harinya.

G, dari bangku ini sekarang aku bisa lihat kamu. Berjalan berdua. Awalnya kukira itu angin yang menyerupaiku. Ternyata jauh berbeda. Bukan, itu bukan angin. Itu perempuan yang pernah kamu abaikan. Perempuan yang meresahkanku sejak dulu. Perempuan yang tak kusangka akan menjadi seseorang setelah aku. Perempuan yang akan menerima jus jeruk darimu. Perempuan yang akan merasakan luluhnya hati dari puisi-puisimu. Dia menggandeng tangan yang pernah menggenggam erat tanganku. Dia melihat mata yang dulu menatapku menyejukkan. Dia mendengar suara yang waktu itu menjadi syairku setiap waktuku. Dia berjalan di samping tubuh tegap yang dulu memelukku hangat. Dia memegang pundak yang pernah tanpa lelah dan marah kubasahi dengan air mata. Dia mencintai lelaki yang pernah mencintaiku. Dia mencintai kamu.

G, adakah dia yang seperti aku? Menjadi penggemar setiamu setiap kamu bermain gitar. Mendengarkan tanpa bosan lagu yang sepanjang hari keluar dari mulutmu. Menjadi pasangan duetmu saat bernyanyi. Si pengkritik lagu-lagu buatanmu.

G, mungkinkah dia menjelma menjadi aku? Perempuan yang akan cemas setengah mati ketika tahu nafasmu mulai kembali sesak. Perempuan yang panik menahan tangis saat kamu sudah merasa kesal dan ingin marah. Perempuan yang tak sanggup menanggung galau saat kamu hanya diam kosong dalam misteri.

G, mungkinkah kamu masih mengulangi apa yang dulu kita lakukan? Berbicara setiap malam sebelum tidur, merencanakan esok hari, mengingat kembali impian “suatu saat nanti”. Mengakhirinya dengan ucapan “aku sayang kamu”. Menghabiskan roti selai buatanku dan jus buatanmu. Membuat iri semua orang dengan manisnya hubungan kita. Menyanyikan sendiri lagu ciptaanmu. Membiarkan tubuh kita basah oleh hujan yang datang beramai-ramai. Menunggu matahari setelah hujan, berharap terlukis pelangi di langit. Mencari ujung pelangi dan mulai mengitung berapa warna yang pelangi biaskan

G, bisakah dia mengalahkanku? Membalas setiap puisi ciptaanmu. Membalas setiap kejutan manis tak terduga darimu. Mengalahkanku membuatmu tertawa, membuatmu terharu. Mencintaimu tanpa lelah. Menyayangimu dengan kata, mata, tingkah, tawa, rasa dan do’a. Merindukanmu saat saat langit berbaju putih, berkerudung biru, berselendang jingga, hingga ia berselimut bintang.

G, will she love you like i love you?? Will she tell you everyday? 


Will she make you feel like you’re invicible with every word she’ll say? 


Can you promise me if this was right? Don’t throw it all away.


Can you do all these things? Will you do all these things like we used to..





Tidak ada komentar:

Posting Komentar