Hei. Aku disini. Di sudut bangku biru samping halaman parkir
kampus. Aku yakin ingatanmu masih tajam. Setajam ingatanku tentang apa yang
pernah kita bicarakan disini. Aku percaya kamu tidak akan lupa. Seperti aku
yang tak pernah lupa tentang mimpi-mimpi masa depan kita. Untukku akan tetap
menjadi masa depan, meski kamu menganggapnya masa lalu.
Di bangku ini aku selalu
duduk sendiri. Iya, sendiri secara nyata. Tetapi berdua secara khayal. Berdua
bersama angin yang bisa membentuk seluruh bagian dari kamu. Aku selalu duduk di
sebelah kanan. Berusaha menyingkirkan angin yang ngotot tetap ingin menjadi
kamu. Aku sudah bilang pada angin, kamu akan datang. Tapi aku terpaksa
membiarkannya duduk di tepi lainnya. Aku selalu membawa sepotong roti selai
kacang dan sepotongnya lagi selai srikaya kesukaanmu. Aku tidak pernah bawa
minum. Karena aku pikir, kamu yang akan bawa dua botol jus jeruk untuk kita.
Angin tidak bisa apa-apa. Dia tidak bisa mengiyakan mimpiku. Dia tidak bisa
menutup mataku dari belakang. Dia benci sama roti srikaya buatanku. Dia
membiarkanku haus tanpa membawakanku minum. Dia hanya bisa mendengar dan
melihatku mencatat mimipi-mimpi kita yang kutulis berulang-ulang setiap
harinya.
G, dari bangku ini sekarang
aku bisa lihat kamu. Berjalan berdua. Awalnya kukira itu angin yang
menyerupaiku. Ternyata jauh berbeda. Bukan, itu bukan angin. Itu perempuan yang
pernah kamu abaikan. Perempuan yang meresahkanku sejak dulu. Perempuan yang tak
kusangka akan menjadi seseorang setelah aku. Perempuan yang akan menerima jus
jeruk darimu. Perempuan yang akan merasakan luluhnya hati dari puisi-puisimu.
Dia menggandeng tangan yang pernah menggenggam erat tanganku. Dia melihat mata
yang dulu menatapku menyejukkan. Dia mendengar suara yang waktu itu menjadi
syairku setiap waktuku. Dia berjalan di samping tubuh tegap yang dulu memelukku
hangat. Dia memegang pundak yang pernah tanpa lelah dan marah kubasahi dengan
air mata. Dia mencintai lelaki yang pernah mencintaiku. Dia mencintai kamu.
G, adakah dia yang seperti
aku? Menjadi penggemar setiamu setiap kamu bermain gitar. Mendengarkan tanpa
bosan lagu yang sepanjang hari keluar dari mulutmu. Menjadi pasangan duetmu
saat bernyanyi. Si pengkritik lagu-lagu buatanmu.
G, mungkinkah dia menjelma
menjadi aku? Perempuan yang akan cemas setengah mati ketika tahu nafasmu mulai
kembali sesak. Perempuan yang panik menahan tangis saat kamu sudah merasa kesal
dan ingin marah. Perempuan yang tak sanggup menanggung galau saat kamu hanya
diam kosong dalam misteri.
G, mungkinkah kamu masih
mengulangi apa yang dulu kita lakukan? Berbicara setiap malam sebelum tidur,
merencanakan esok hari, mengingat kembali impian “suatu saat nanti”. Mengakhirinya
dengan ucapan “aku sayang kamu”. Menghabiskan roti selai buatanku dan jus
buatanmu. Membuat iri semua orang dengan manisnya hubungan kita. Menyanyikan
sendiri lagu ciptaanmu. Membiarkan tubuh kita basah oleh hujan yang datang
beramai-ramai. Menunggu matahari setelah hujan, berharap terlukis pelangi di
langit. Mencari ujung pelangi dan mulai mengitung berapa warna yang pelangi
biaskan
G, bisakah dia
mengalahkanku? Membalas setiap puisi ciptaanmu. Membalas setiap kejutan manis
tak terduga darimu. Mengalahkanku membuatmu tertawa, membuatmu terharu.
Mencintaimu tanpa lelah. Menyayangimu dengan kata, mata, tingkah, tawa, rasa
dan do’a. Merindukanmu saat saat langit berbaju putih, berkerudung biru,
berselendang jingga, hingga ia berselimut bintang.
G, will she love you like i
love you?? Will she tell you everyday?
Will she make you feel like
you’re invicible with every word she’ll say?
Can you promise me if this
was right? Don’t throw it all away.
Can you do all these things?
Will you do all these things like we used to..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar