Jumat, 07 September 2012

LDR = (cinta/jarak) x waktu


"... hanya kau dan aku. Mengulang semua rasa yang pernah ada.
Masa-masa yang indah penuh warna dan juga canda ceria,
akankah kita temui kebahagiaan seperti ini nanti..."
 
Sepasang anak Adam duduk berdampingan di sebuah bangku panjang tak jauh dari keramaian acara wisuda. Masih dengan toga yang melingkar di atas kepala keduanya, mereka membiarkan angin memeluk mereka dan mempersilahkan daun mencari perhatian mereka dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke tanah. Menutup mata pelan namun rapat. Nafas keduanya beradu dan bercampur bersama udara. Diam. Walau tak sunyi. Entah apa yang hati mereka bicarakan. Yang jelas, mereka tidak memperbolehkan mulut mereka mengambil moment ini.

Pikiran mereka menjelajahi masa lalu. Genap 4 tahun lalu, di OSPEK kampus mereka. Seorang perempuan dengan menggunakan rok hitam selutut, kemeja putih dan rambut hitam panjang serta sepatu pantofel hitam. Sebuah papan nama dari kardus mie instan bertuliskan “RERE GALAU”. Sebuah ID Card menempel di kemejanya, “Renita Putri Kailagi, Fakultas Ekonomi”. Atribut konyol lainnya juga ikut meramaikan tubuh mungilnya. 

“Gue bawa double tip nih! Siapa tau  bisa bantu” Dia menawarkan pertolongan kepada teman baru seangkatannya yang belum dikenalnya. Seorang laki-laki yang sama repot dengannya karena atribut wajib OSPEK. ID Card bertuliskan “Aditya Muhammad, Fakultas Ilmu Teknologi”. Adit langsung saja mengambil double tip dari tangan Rere dan menempelkannya di Robot-robotan kartonnya. Dengan tergesa Adit mengembalikannya dan berlari mengejar teman-temannya yang sudah menjauh.

Rere dibuat kesal, “Ih, udah ditolongin juga. Bilang makasih gitu.” Rere menggerutu dan kembali ke barisan teman-teman fakultas lainnya.

Esoknya selesai kegiatan OSPEK, Adit sengaja datang ke Fakultas Ekonomi untuk menemui Rere. Lebih dari itu, Adit diam-diam mengagumi Rere sejak saat pertama kali mereka bertemu. Butuh waktu setahun untuk Adit untuk membuat Rere jatuh cinta. Dan butuh waktu setahun bagi Rere untuk meyakinkan dirinya menerima Adit.

4 tahun sudah. Pertemuan pertama itu menjadi kisah pada halaman pertama pada album cerita cinta mereka. Kini saatnya mereka harus menjalani kehidupan masing-masing. Adit menjadi mahasiswa dengan IPK tertinggi sekaligus menjadi mahasiswa teladan seangkatan. Adit berhak mendapat kesempatan untuk melanjutkan S2 di Nanyang Technological University, Sinagapura. Rere tidak kalah hebat. Meski dia hanya menjadi yang terbaik di Fakultasnya, tapi seminggu lalu sebuah surat penerimaan beasiswanya sampai ke rumah. Rere akan meneruskan kuliahnya pada Islamic Finance di Newcastle University, Inggris.

Janji mereka untuk wisuda bersama baru saja mereka tepati. Janji mereka untuk mengejar mimpi masing-masing sudah ada di pelupuk mata. Tapi mereka tidak pernah menyangka akan seberat ini jadinya.

Mereka membuka mata pelan namun bersamaan. Mengumpulkan nafas banyak-banyak. Mata Rere sudah berkaca-kaca. Pandangan Adit kosong, tanpa warna. Tak ada yang bisa memulai duluan. Sampai Adit akhirnya berani menatap wajah Rere.

“Re. Aku sebenarnya berharap hari ini enggak ada. Kamu dan cita-citaku bukan pilihan meski aku akhirnya harus memilih. Aku enggak akan lupa bau parfum kamu, rasa manis puding buatanmu, puisi-puisi cantik tulisanmu, cara kamu tertawa, cara kamu marah, wajah teduh kamu, suara ...” Adit berhenti bicara mendengar isakan tangis Rere. Kata-kata tadi diucapkannya dengan terputus-putus namun terdengar tulus. “Dua tahun lagi, aku mau ketemu Rere yang baik dengan senyum termanisnya kaya pertama kali aku lihat.”

Adit mendekatkan tubuhnya ke tubuh Rere. Memeluk Rere pelan yang masih terisak. Rere masih tetap pada posisinya. “Aku sayaaaaang banget sama kamu” Adit berbisik sesaat sebelum melepaskan pelukannya. Adit membungkuk depan Rere, membuka sedikit toganya, kemudian mencium kening Rere. Setelah sedikit menghembuskan nafas, Adit bangun beranjak pergi. Langkah keduanya terhenti oleh pelukan Rere dari belakang. Pelukan erat yang seperti tak mau lepas. Masih tanpa bicara Rere memeluk kuat Adit dan terisak. Adit membalikkan tubuhnya. Membalas pelukan Rere.

“Re, saat ketemu pertama kali kamu yang berbicara. Sekarang biarkan aku yang bersuara. Rasa cinta aku ke kamu mengikuti setiap langkah kamu. Rasa kangen aku, ada di setiap detik helaan nafas kamu. Semua tentang kamu aku simpan rapi di tempat terhormat di hatiku. Biarkan saja waktu dan jarak berusaha membubarkan semua. Tapi cintamu aman, sayaaang.” Mereka melepaskan pelukan. Barulah Rere berani menatap Adit dengan tersenyum meski masih tanpa kata. Namun, isakannya sudah reda. Adit menghapus air mata Rere dan tersenyum.

“Aku sayang kamu” Sekali lagi Adit sebutkan kalimat itu. Rere hanya mengangguk. Mengutuk dirinya 
sendiri yang tidak bisa berkata apa-apa di depan Adit. “Adit, harusnya aku minta maaf sama kamu karena aku yang pergi terlalu jauh. Aku pun begitu, sayang sama kamu, sangat” batin Rere.

Adit membalikkan badannya dan buru-buru pergi. Tanpa Rere tahu, kini isakan itu bertengger diwajah Adit.

"... selamat tinggal sayang semoga kau dan aku akan terus abadi menyatu, menjaga perasaan ini. jadikan hari ini sebagai satu kisah, yang manis dan kan terus dikenang"

2 komentar:

  1. Real story? Oh my God.. I love the sweet histories.. How about your love rha?
    I'm waiting ... Hihihiii

    BalasHapus
  2. Not. This isn't. Itu cuma inspirasi dr lagu aja. Ini pure cuma khayalan semata. Hihiiii
    ...

    BalasHapus