Selasa, 04 September 2012

Kamu tetap kamu


“And I've kept all the words you said
In a box underneath my bed
And nobody knows it but me”

Debu dari tumpukan kotak-kotak kecil di kolong tempat tidurku cukup membuatku bersin berulang kali. Kubersihkan dengan cermat seluruh bagian kamarku ini. Sampai aku terhenti saat menemukan sebuah merah dengan sticker lambang klub sepak bola favoriteku, Liverpool FC.

Aku duduk lemah diantara kotak-kotak yang kukeluarkan. Menatap sendu kotak merah itu. Kotak yang sampai saat ini bingung harus aku apakan dan kemanakan. Kotak ini seperti mesin waktu menuju masa lalu yang seharusnya ditinggalkan mentah-mentah. Kotak ini layaknya dimensi jutaan rasa. Kotak ini kuanggap sebagai sebuah buku diary hari-hari kita. Menyimpan terlalu banyak bau parfummu, tertulis terlalu nyata surat-surat cintamu, terukir terlalu dalam rindu untukmu, dan melewati terlalu lama waktuku untuk bertahan.

Kubuka perlahan. Dengan nafas yang sudah kusiapkan banyak-banyak agar aku tidak merasa sesak ketika mengeluarkan isinya. Bagian paling atas ada beberapa kertas terlipat lucu. Kertas yang masih saja kuharapkan bisa kudapatkan darimu. Kutemukan di lokerku, kau masukkan lewat lubang kecil di pinggir loker. Sudah kubaca berulang kali. Sampai harus terhapal di kepalaku. Kamu enggak akan percaya kalau aku bisa menulis ulang isi surat-surat itu. Sebuah buku tebal ada paling bawah tumpukan. Isinya? Kutulis semua kata-katamu padaku. Kuceritakan semua inginmu. Kusimpan rapat semua kekagumanku padamu.

“Everyday I wipe my tears away
So many nights I've prayed for you to say”

Aku tak peduli kamu percaya atau tidak. Tapi kuharap kamu tahu, kamu adalah nama yang tak pernah putus kuucapkan saat aku bicara dengan Tuhan. Kamu adalah sebuah alasan dibalik seringnya tangisanku semenjak hari itu. Kamu adalah manusia yang tanpa kamu sadari selalu kubohongi untuk semua sikap tegarku setelah berakhirnya kisah itu. Kamu tetap kamu, sebuah kisah tanpa jeda yang tak tahu kapan selesai.

Aku perlu waktu. Waktu yang banyak untukku mencoba berjalan tanpa kamu. Aku butuh banyak keajaiban untuk bisa menghilangkan sengatan rindu yang terlalu kencang. Aku butuh kamu untuk memaki-maki aku dan menamparku hingga aku membencimu. Aku butuh kamu yang tak perlu peduli dengan segala hal tentangku. Bukan seperti ini yang masih saja menanyakan kabarku. Aku butuh kamu, untuk menabrakkanku hingga aku jatuh pingsan, koma, kemudian amnesia.

“I should've said all the things that I kept inside of me
And maybe I could've made you believe
That what we had was all we'd ever need”

Aku butuh kamu untuk semua rindu yang tak sempat angin kirimkan, hujan larutkan, dan jutaan kata sampaikan.

Semoga kamu bahagia untuk sebuah kartu undangan manis, yang baru saja kutemukan di depan rumahku. Disana ada namamu dan ibu dari anak-anakmu kelak. 

“But if you're happy I'll get through somehow
But the truth is that I've been screaming out”

(terinspirasi dari sebuah lagu Lady Antabellum dengan judul "All we'd ever need"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar