Jumat, 07 Februari 2014

Kasihan Kamu...

Untuk kamu, yang saat ini kukasihani...


Aku pernah mencarimu setengah mati. Di tumpukan harapan, dilembaran-lembaran kenangan, bahkan hampir kupaksakan waktu kembali.  Yang ada aku lelah, aku marah.


Aku pernah menunggumu tanpa jam di tangan. Sengaja. Lebih tepatnya, agar tidak terasa. Tanpa harus kubunuh satu-satu rasa bosan. Biarkan, biarkan bosan yang menemaniku setia. Yang kutahu belakangan, setianya melebihi kesetianmu.


Kamu? Kamu tak perlu datang, jika kamu sendiri hampir lupa dimana kau letakkan janji-janjimu. Di aku kah? Oh, mungkin aku yang terlalu percaya diri. Atau mungkin saat itu kamu mengantuk, hingga keliru.


Jangan, jangan kau kasihani aku yang terlalu lama disana. Disana, bersama puisi, gambar dan wangi parfummu.


Sengaja tak pernah kuniatkan melupakanmu. Bagaimana bisa melupakan orang yang pernah berbagi mimpi 
dan cita-cita denganku? Bagaimana bisa melupakan orang yang pernah membuat iri hujan akan sajak-sajaknya untukku? Bagaimana bisa melupakan orang yang pernah membuatku menunggu tanpa jam dan waktu? Bagaimana pernah bisa melupakan orang yang tanpa sengaja menyakiti atau bahkan mengkhianatiku? Bagaimana bisa melupakan orang yang memulai cerita dengan kemudian mengakhiri tanpa kata “selesai”? Bagaimana bisa melupakan orang yang diam saja tanpa reaksi atas semua protesku, tangisku, pertanyaanku?


Jangan khawatir aku tidak bisa move on. Aku sudah lebih dari itu? Hampir 5 tahun, sudah pasti cukup. Kalau kamu mau tahu, aku sering menertawakan kebodohanmu di masa lalu. Aku mulai muak atas gombal-gombalanmu dulu. Aku sudah merasa jijik saat ingat betapa dulu aku terlalu lama berharap kenangan itu kembali. Bahkan saat ini aku bisa saja mencaci-makimu kalau kamu ada di hadapanku.
Tidak ada kata terlambat kan untuk menyesal? Tapi kamu harus tahu, terkadang kamu harus bisa merasakan apa yang pernah kau buat kepada orang lain.


Aku harus jujur, pacarmu tidak lebih cantik dari aku. Tidak lebih romantis dari aku. Tidak lebih pintar dari aku. Hanya, dia lebih agresif dariku. Kasihan kamu...


Yang sudah berani jujur,



Irha 

2 komentar: