Di saat ketergesa-gesaan, mengejar waktu sebelum pukul 06.00
sore hari ini.
Kepada suka yang (syukurnya) tak sampai sayang.
Suka, kalau kubilang itu adalah cinta pada pandangan pertama, mungkinkah
kau percaya? Karena saat itu mataku
bandel mencuri-curi waktu agar bisa melihat wajahnya, dadaku sesungguhnya berdegup
kegirangan. Berarti waktu itu kamu masuk lewat mata kan? Iya, karena aku menyukainya
dari mata.
Suka, jawab pertanyaanku! Sekarang kukatakan padamu, bahwa setelah itu
aku betah berlama-lama bicara dengannya. Selalu berharap bertemu dengannya
(walau Cuma berpapasan). Saat itu, benarkah kamu kemudian lewat melalui
kata-katanya kan?
Tapi suka, untungnya kau datang hanya sendiri tanpa mengajak sahabat
karibmu si sayang. Karena yang kutahu belakangan, dia benar-benar menyukaiku
namun seakan enggan berjuang lebih keras menggenggamku. Padahal, dia berhasil nyaris
meluluhkan tembok kerasnya hatiku.
Bukan, bukan karena aku hanya ingin diperjuangkan tanpa hanya ikut
berjuang. Tapi, kalau untuk memperjuangkanku yang seorang diri saja dia enggan,
bagaimana nanti ketika perjuangan itu harus dikorbankan untukku dan
anak-anakku.
Katanya, aku terlalu sempurna untuk dia. Lalu, apa kabarnya dengan
kekasihnya sekarang? Seakan dia hanya pantas mendapat kekasih yang cukup, tak
butuh sempurna.
Suka, sampaikan salamku untuk sahabat karibmu itu. Katakan, janganlah
datang menghinggapiku saat aku belum mengundangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar